Doa Iftitah/Istiftah NU dan Muhammadiyah
Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya
Sebagaimana di berbagai negara Islam, di setiap negara selalu ada organisasi Islam yang besar dan banyak berpengaruh mewarnai Islam di negara tersebut. Tidak terkecuali di Indonesia, dua ormas besar di negara ini, NU dan Muhammadiyah, kedua banyak berpengaruh dalam membawa warna ibadah keseharian ummat Islam di NKRI. Misalnya dalam masalah do’a, dzikir, niat, dan berbagai fiqih ibadah lainnya.
Salah satunya dalam masalah do’a iftitah/istiftah, di Indonesia sampai terdengar istilah ada iftitah NU dan iftitah Muhammadiyah karena perbedaan lafadz/text yang dibaca. Padahal jika ditilik lebih jauh keduanya bukan berbeda karena didasarkan organisasinya (bukan do’a yang diciptakan organisasi) tersebut, akan tetapi memang ada banyak riwayat do’a iftitah/istiftah yang berbeda. Kebetulan saja anggota kedua organisasi tersebut memilih riwayat yang berbeda untuk dibaca. Akan tetapi keduanya insyaaAllah boleh dibaca karena didasarkan kepada hadits yang shahih.
Do’a Istiftah NU (Nahdhatul Ulama)
Saudara-saudara NU di banyak membaca do’a iftitah dengan redaksi yang merupakan penggabungan dari dua do’a iftitah/istiftah berbeda. Mereka menggabungkannya dibaca sekaligus sehingga menjadi sebuah doa yang panjang. Berikut do’anya:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
ALLAHU AKBAR KABIRAW WAL HAMDU LILLAHI KATSIIRAW WASUBHAANALLAAHI BUKRATAN WA ASHIILAN
“Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” [HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar]
Setelah itu saudara kita di NU melanjutkan dengan redaksi do’a iftitah dari riwayat lainnya, sebatas text berwarna merah
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDLA HANIIFAN WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN, INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN
ALLAHUMMA ANTAL MALIKU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ANTA RABBII WA ANAA ‘ABDUKA ZHALAMTU NAFSII WA’TARAFTU BI DZANBII FAGHFIL LII DZUNUUBII JAMII’AN INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUB ILLAA ANTA WAH DINII LIAHSANAIL AKHLAAQ LAA YAHDII LIAHSANIHAA ILLAA ANTA WASHRIF ‘ANNII SAYYI`AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI`AHAA ILLAA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIK WASY SYARRU LAISA ILAIKA ANAA BIKA WA ILAIKA TABAARAKTA WA TA’AALAITA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA”
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus mengarah kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri.
Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu. Aku berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” [HR. Muslim no. 1809 dari Ali bin Abi Thalib]
Sumber: kaahil
Perhatikan text yang berwarna merah di atas. Biasanya saudara-saudara kita di NU biasa menggabungkan do’a dari riwayat pertama ditambahkan sebagian text dari riwayat kedua hingga akhir yang berwarna merah. Hasil akhirnya bacaan iftitah/istiftah menjadi cukup panjang, tapi riwayat yang kedua hanya terbaca sebagian.
Do’a Iftitah/Istiftah Muhammadiyah
Adapun saudara kita dari persyarikatan Muhammadiyah, sering membaca jenis do’a iftitah yang berbeda. Adapun yang sering mereka baca dalam shalat sebelum membaca al-Fatihah adalah do’a iftitah dengan lafadz sebagai berikut:
اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
ALLAHUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB. ALLAHUMMA NAQQINII MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAHUMMAGHSIL KHATHAAYAAYA BILMAA’I WATSTSALJI WAL BARAD
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.” (HR. Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 1353, dari Abu Hurairah)
Sumber: kaahil
Untuk do’a iftitah yang sering dibaca saudara seiman kita dari Muhammadiyah lebih ringkas karena hanya memakai satu riwayat dan tidak menggabungkan dua riwayat atau lebih, akan tetapi hanya memakai satu riwayat saja dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Iftitah Mana Yang Lebih Baik?
Iftitah yang lebih mencontoh Rasulullah yang lebih baik, insyaaAllah
Makna Do’a Iftitah NU dan Muhammadiyah
Untuk do’a iftitah sendiri sebenarnya ada lebih banyak lagi versinya, Anda bisa melihat berbagai macam bacaan do’a iftitah yang shahih di website muslim.or.id. Semuanya memiliki makna dan kandungan yang bagus. Akan tetapi pada artikel ini kita hanya akan membahas makna do’a iftitah yang sudah disebutkan di atas.
Pertama, untuk iftitah yang dipakai oleh saudara kita dari NU, memiliki makna yang sangat indah.
Doa’ iftitah yang dipakai, pertama-tama memuji Allah dengan ke-Maha Besarannya. Lalu, menyampaikan pujian pada Allah sebanyak-banyaknya, dan mensucikan Allah pada waktu pagi dan sore hari (petang). Setelahnya, orang yang shalat dengan do’a tersebut menyatakan bahwa dia menghadapkan dirinya kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi tanpa pernah ada yang membuat langit dan bumi sebelumnya. Lalu menyatakan bahwa dirinya berusaha untuk selalu lurus menuju kebenaran, menyerahkan diri kepada Allah, dan menyatakan untuk berlepas diri dari perbuatan syirik. Selanjutnya, dia menyatakan bahwa seluruh ibadahnya mulai dari shalat, sembelihan, dan bahkan kehidupan dan kematiannya dipersembahkan hanya untuk Allah, Tuhan dari seluruh alam semesta. Lalu diakhiri dengan ikrar bahwa itulah tugas hidupnya, dan berikrar bahwa dia termasuk orang yang pertama kali berserah pada Allah Ta’ala
Kedua, do’a iftitah yang dipakai saudara-saudari kita dari Muhammadiyah pun sama indahnya.
Do’a yang dipakai meminta agar dirinya Allah jauhkan dari berbagai kesalahan, sebagaimana Timur dan Barat tidak akan pernah bisa bertemu selama-lamanya. Lalu dia meminta agar Allah ampuni kesalahannya, sebagaimana kain yang putih menjadi bersih dari noda dan kotoran. Dan dia pun meminta agar kesalahan-kesalahan yang dimilikinya Allah bersihkan dengan berbagai cara pembersihan, baik itu air, hujan, dengan es, dan air yang dingin.
Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya