Lafadz Niat Shalat Fardhu 5 Waktu (Bacaan Niat Shalat Wajib)

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya

Shalat merupakan sebuah ibadah yang agung, yang paling besar status dan kedudukannya di dalam Islam. Tepat setelah mengucapkan syahadat yang menjadi syarat pertama dan utama untuk masuk ke dalam Islam adalah kewajiban shalat. Satu-satunya kewajiban kepada ummat Islam yang diwahyukan dengan memangggil Rasulullah ke atas langit ke tujuh.

Shalat juga termasuk yang paling besar pahalanya setelah bersyahadat dan paling besar dosanya jika tidak dilakukan, dosanya ada di bawah dosa kesyirikan. Dalam Islam ada banyak ancaman bagi orang yang meninggalkan kewajiban shalat lima waktu, sebagian ulama menganggap orang yang meninggalkan sebagai pelaku dosa besar, sebagian lainnya bahkan menganggap orang yang sengaja meninggalkannya walau mengakui kewajibannya sebagai kafir. Na’udzubillaahi min dzalik, semoga Allah jadikan kita dan keturunan kita selalu bisa mengerjakan shalat 5 waktu hingga akhir hayat.

Di Indonesia kita sering diajarkan untuk membaca niat shalat lima (5) waktu sebelum melakukan takbiratul ihram, gunanya dikatakan agar shalat kita sah atau afdhal. Adapun bacaan niatnya sebagaimana berikut:

Niat Shalat Subuh

اُصَلّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII FARDHOSH SHUBHI ROK’ATAINI MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat fardu Shubuh dua raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Niat Shalat Dzhuhur

اُصَلّى فَرْضَ الظُّهْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII FARDHODL DHUHRI ARBA’A RAKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat fardu Dhuhur empat raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Niat Shalat Ashar

اُصَلّى فَرْضَ الْعَصْرِاَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII FARDHOL ‘ASHRI ARBA’A RAKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat fardu ‘Ashar empat raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Niat Shalat Maghrib

اُصَلّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII FARDHOL MAGHRIBI TSALAATSA RAKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat fardu Maghrib tiga raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Niat Shalat Isya

اُصَلّى فَرْضَ الْعِشَاءِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى

USHOLLII FARDHOL ‘ISYAA’I ARBA’A RAKA’AATIM MUSTAQBILAL QIBLATI ADAA-AN MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALA.

Aku berniat shalat fardu ‘Isya empat raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Untuk setiap lafaz niat shalat, biasanya kita diajarkan jika sebagai imam, kata MA’MUUMAN diganti IMAAMAN, jika sendiri kata MA’MUUMAN dihilangkan. Demikian text lafadz shalat lima waktu untuk subuh, dzhuhur, ashar, maghrib dan isya. Demikianlah yang biasa ada di Indonesia.

Makna dan Kritik Atas Lafadz Niat Shalat

Dilihat dari makna, secara umum tidak ada yang salah dengan lafadz bacaan shalat niat di atas. Kita bisa perhatikan bahwa dari berbagai jenis lafadz niat yang dijelaskan isinya insyaaAllah bagus. Semua text di atas menyebutkan di awal bahwa kita dalam posisi berdiri akan shalat benar-benar berniat shalat subuh dua raka’at, dzuhur empat raka’at, ashar empat raka’at, maghrib tiga raka’at, isya empat raka’at sesuai apa yang diajarkan Rasulullah, yakni menghadap ke arah kiblat. Lalu selanjutnya pengucap niat menyatakan bahwa posisinya apakah sebagai sendirian, makmum atau imam. Di akhirnya ditambahkan lagi penegasan bahwa yang dilakukan insyaaAllah dengan niat hanya untuk mencari ridha Allah semata. Dari segi lafadz, tidak ada yang salah bahkan bacaan ini bernilai tauhid.

Akan tetapi jika ditinjau dari segi fiqih, sejauh yang kami dapatkan amalan di atas tidak ada tuntunannya dari Rasulullah. Tidak pernah dicontohkan oleh Nabi yang mulia dan para sahabatnya, sehingga kami khawatir hal ini termasuk perkara yang mengada-ngada dalam agama atau biasa disebut bid’ah. Karenanya kami menyarankan untuk tidak perlu dibaca, dan langsung melakukan shalat seperti biasa. Ini yg lebih mendekati sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dapatkan pahala berdakwah dan gratis buku Rahasia Rezeki Berlimpah, klik di sini untuk detailnya